MANAJEMEN RUMAH SAKIT


Manajemen di Rumah Sakit haruslah dilaksanakan seperti “bebek merenangi kolam,” tampak tenang di permukaan dan tetap aktif bergerak di bawah permukaan (Wilan, 1990). Hal ini perlu dilakukan karena rumah sakit berhadapan dengan orang khususnya orang sakit sehingga harus tampak tenang di satu pihak. Di pihak lain, karena kompleksnya masalah yang dihadapi di rumah sakit, maka para manajernya harus betul-betul aktif bergerak terus untuk mampu memberi pelayanan yang terbaik. Konsep manajemen rumah sakit telah bermula sejak jaman Arab kuno dulu, juga pada rumah sakit dalam sejarah islam, rumah sakit Budha di India, dan semacam rumah sakit di Israel dimana dokter yang ada juga bertindak sebagai pendeta dan pemaham kekuatan magis. Pada masa Nabi Muhammad SAW sistem perumahsakitan yang modern dibentuk dengan baik. Rumah sakit jiwa telah dibangun di Arab sepuluh abad sebelum Eropa membangun rumah sakit sejenis.
Selain itu, dokter-dokter islam juga berperan sentral dalam perkembangan ilmu farmasi dan ilmu kimia. Beberapa rumah sakit yang masyhur di jazirah arab ketika itu antara lain di Bagdad, Damaskus dan Kairo. Istilah Hospital konon berakar dari kata latin hostel yang biasa digunakan di abad pertengahan sebagai tempat bagi para pengungsi yang sakit, dan miskin. Pendapat lain oleh Yu (1997) menyatakan bahwa istilah hospital berasal dari bahasa Perancis kuno dan medieval English, yang dalam kamus inggris Oxford didefinisikan sebagai : Tempat untuk istirahat dan Hiburan Institusi sosial untuk mereka yang membutuhkan akomodasi, lemah dan sakit. Institusi sosial untuk pendidikan dan kaum muda Institusi untuk merawat mereka yang sakit dan cedera. Dalam bahasa indonesia sendiri istilah rumah sakit mungkin berasal dari bahasa Belanda zieken huis. Definisi Rumah Sakit Rumah sakit itu sebuah tempat, tetapi juga sebuah fasilitas, sebuah institusi, sebuah organisasi. Untuk dapat mengatur rumah sakit dengan baik maka seseorang tentu harus dapat mendefinisikannya dengan tepat pula. Definisi yang paling klasik hanya menyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi (fasilitas) yang menyediakan pelayanan pasien rawat inap, ditambah dengan beberapa penjelasan lain. American Hospital Association tahun 1978 menyatakan bahwa rumah sakit adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien, diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan, baik yang bersifat bedah maupun non bedah. SK menteri Kesehatan RI No. 983/Menkes/SK/XI/1992 menyebutkan bahwa rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan subspesialistik. Definisi Manajemen Rumah Sakit Manajemen rumah sakit adalah koordinasi antara berbagai sumber daya (unsur manajemen) melalui proses perencanaan, pengorganisasian, ada kemampuan pengendalian untuk mencapai tujuan rumah sakit seperti : Menyiapkan sumber daya, mengevaluasi efektivitas, mengatur pemakaian pelayanan, Efisiensi, Kualitas. Banyak definisi manajemen yang ada, dan masing-masing akan menunjukkan penekanan tertentu, yang penting diambil pada pokok fungsi manajemen dan unsur dari manajemen. Perencanaan Teknologi Strategik Rumah Sakit Sistem dan fasilitas pelayanan kesehatan di rumah sakit sudah dikenal luas sebagai salah satu institusi yang paling kompleks dan banyak bergantung pada teknologi, seperti prosedur kerja, obat-obatan, dan berbagai fasilitas fisik. Rumah sakit harus beroperasi 24 jam setiap hari, dan melibatkan para pakar dan teknologi yang amat murni. Karena itu, perencanaan yang strategik perlu dapat perhatian utama. Elemen-elemen untuk pelaksanaan perencanaan strategik teknologi pelayanan kesehatan meliputi : Analisis kebutuhan Penilaian teknologi Evaluasi staf dan fasilitas penentuan skala prioritas sementara itu, implementasi teknologi dalam perencanaan strategik ini meliputi : Perencanaan peralatan secara rinci Koordinasi arsitektural Dukung enjinering Pengorganisasian Rumah Sakit Dalam rangka mengembangkan secara lebih konsepsional organisasi rumah sakit maka diperlukan adanya kejelasan-kejelasan yang memungkinkan pihak direksi bisa berpartisipasi aktif dalam melaksanakannya dengan batasan yang jelas, untuk itu diperlukan sebagai berikut : Pengertian yang sama tentang tugas dan batasannya Adanya itikad untuk melaksanakan secara konsepsional dan konsisten perlu secara bersama-sama memperbaiki dan mengembangkan lebih lanjut

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Merawat Bayi Baru Lahir

AC SPLIT

Menghitung Headloss